
NEWS
Salihara Jazz Buzz 2020 hadirkan Railroad Therapy, Intuition Jazz Chamber, Adra Karim, Lie Indra Perkasa & Monita Tahalea, Dwiki Dharmawan Trio
14.02.2020 wartajazz.com by Agus Setiawan
Salihara Jazz Buzz adalah festival musik jazz tahunan yang diselenggarakan sejak 2012. Selama depan tahun Komunitas Salihara telah menampilkan sejumlah musisi yang menawarkan warna baru terhadap perkembangan musik jazz. Jazz Buzz juga menampilkan kolaborasi antar musisi jazz yang jarang ditemukan di acara jazz lain di Indonesia.
​
Musisi senior seperti Dewa Budjana, Indra Lesmana dan Tohpati, sampai musisi muda seperti Adra Karim, Gerald Situmorang dan Sri Hanuraga pernah tampil di Jazz Buzz ini.
Tahun ini kami hendak memperluas kerja kuratorial seni pertunjukan secara lebih terbuka. Kami mengadakan “Undangan Terbuka (Open Call) Jazz Buzz 2020” pada akhir tahun lalu, dan membuka kesempatan seluas-luasnya kepada musisi muda Indonesia untuk tampil di Salihara Jazz Buzz 2020. Dari puluhan proposal yang masuk, akhirnya kami memutuskan dua grup untuk tampil di Jazz Buzz tahun ini.
​
Grup terpilih adalah Railroad Therapy yang komposisi musik mereka terinspirasi dari khazanah musik Barat abad 20. Grup rock-jazz asal Yogyakarta tersebut juga memadukan komposisi musik dengan video art, sehingga penonton juga bisa merasakan sisi visual pertunjukan ini.
​
Grup kedua adalah Intuition Jazz Chamber yang dikonduktori oleh Wishnu Dewanta. Ansambel ini menggunakan instrumentasi tidak lazim dalam format jazz chamber di Indonesia. Wishnu Dewanta juga melibatkan musisi muda seperti Rama Widi (harpa), Bass G (saksofon), Noah Revevalin (piano), dan lain-lain untuk menciptakan energi yang baru dalam ansambel ini.
​
Jazz Buzz 2020 juga dimeriahkan oleh kolaborasi antar musisi. Ada Monita Tahalea, Lie Indra Perkasa dan Adra Karim yang akan membawakan album terbaru mereka, jazz minimalis tapi kaya warna. Serta penampilan “free jazz” dari Dwiki Dharmawan, pianis multi-genre yang juga adalah salah satu personil Krakatau. Kali ini Dwiki yang membawakan album terbarunya akan berkolaborasi dengan Rega Dauna (harmonika) dan Rudy Zulkarnaen.
​
Jazz Buzz 2020 akan berlangsung Sabtu-Minggu pada 15-16 dan 22-23 Februari 2020 hanya di Teater Salihara.
.
Musim Ketiga, Wishnu Dewanta jadi Asisten Bandung Phil
02.10.2017
Di musim ketiga Bandung Phil 2018, konduktor muda Wishnu Pamungkas Dewanta dikabarkan diangkat menjadi Asisten Konduktor Bandung Philharmonic di tahun 2018 ini.
Wishnu adalah orang Indonesia pertama yang ditunjuk untuk masuk ke dalam tim artistik dan musik untuk melengkapi tim yang sebelumnya didominasi musisi dari Amerika Serikat, Michael Hall dan Robert Nordling. Hadirnya asisten konduktor Bandung Philharmonic kali ini nampaknya mengeliminir program Fellowship yang diadakan selama dua tahun sebelumnya. Alhasil, program Conducting Fellowship tidak dilanjutkan di tahun depan.
Wishnu Dewanta sendiri adalah seorang konduktor dan komponis yang terpilih menjadi anggota Conducting Fellowship 2017 ini. Sebagai seorang konduktor Wishnu sendiri adalah co-founder dan director music dari Bellevoix Orchestra yang ia dirikan bersama rekan komponis lulusan Universitas Pelita Harapan jurusan musik, Nathan Iskandar.
THE HERITAGE oleh Gabriel Harvianto dan Wishnu Dewanta
8.27.2017
Dalam rangka Hari Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 2016, Gabriel Harvianto dan Wishnu Dewanta akan menyelenggarakan konser kecil yang bertajuk "The Heritage", yang akan diisi oleh lagu-lagu nasional yang merupakan warisan budaya Indonesia. Selain itu, lagu-lagu yang merupakan komposisi orisinil dari Wishnu Dewanta juga akan dibawakan untuk merayakan Hari Kemerdekaan Indonesia.
​
Lagu-lagu tersebut akan dibawakan dengan konsep chamber orchestra dengan arransemen yang baru, percampuran antara musik modern dan tradisional. Adapun yang turut berpartisipasi dalam acara ini antara lain Bellevoix Chamber Orchestra, Yuyun Arfah, Lifia Laeticia, dan grup vokal Ghataka. Acara ini diharapkan dapat memberikan suguhan penampilan yang baik bagi masyarakat Indonesia dengan merasakan kembali keindahan lagu-lagu nusantara dengan karakteristiknya yang begitu kaya.
Enigma Concert Premieres 'Gerbang Nias'
5.4.2018
The sound of Astri Kinanti’s flute was soothing, evoking images of hobbits’ rural ambience with its comforting lush greenery for Lord of the Ringsenthusiasts.
Within 20 seconds, the atmosphere turned lively with violins and percussion coming into play.
This marked the pattern of tones in the composition presented by the Bandung Philharmonic orchestra at the Dago Tea House in Bandung on the evening of April 29.
A repetition of the tones was strengthened by cellos, followed by instruments of the brass section.
For a minute, the orchestra, directed by assistant conductor Wishnu Dewanta, repeated the pattern with the same tones rendered by xylophones, after which all the orchestral players made a throat-clearing sound in unison. The pattern was again repeated, but this time it was played by nearly all instruments.
It was the premiere of the “Gerbang Nias” (Nias Gate) composition by composer Nathan Paul Iskandar.
Pertunjukan Harmonisasi Musik Tradisional dan Orkestra Bertajuk “Untuk Indonesiaku”
6.8.2019
Pada Minggu 4 Agustus 2019, sebuah pertunjukan yang bertemakan “Untuk Indonesiaku” digelar di Galeri Indonesia Kaya dengan konsep yang memadukan musik tradisi Indonesia dan orkestra. Pertunjukan tersebut diisi oleh salah satu komposer muda yakni Wishnu Dewanta. Tidak hanya itu, ada juga dengan penampilan penyanyi soprano Pepita Salim dan salah seorang harpis muda yakni Jessica Sudarta.
Kurang lebih pertunjukan tersebut digelar selama 60 menit. Wishnu, Pepita dan Jessica membawakan beberapa lagu-lagu nasional yang diaransemen kembali, seperti "Talempong", "Pak Ketipak Ketipung", "Bungong Jeumpa", "O Ina Ni Keke", "Tanah Air", "Nyiur Hijau", "Melati Suci", "Simfoni Raya", "Negeriku", "Indonesia Pusaka" dan juga salah satu lagu ciptaan Wishnu yang berjudul "Untuk Indonesiaku".
​
Ketiga musisi muda ini tampil dengan sangat konsisten, dengan harapan akan terus membuat karya yang dapat membawa kembali warisan budaya Indonesia, serta dapat mengeksplorasikannya dalam bentuk komposisi yang baru, yakni melalui format orkestra.
“Seperti yang kita ketahui, banyak sekali lagu-lagu nasional Indonesia dengan karakteristik yang khas, dari situlah kami mencoba mengaransemen kembali lagu-lagu tersebut dan menjadikan musik Indonesia semakin kaya,” ujar Wishnu.
Setelah lagu "Untuk Indonesiaku" selesai ditampilkan, mereka bertiga langsung menutup penampilannya dengan membawakan dua lagu ciptaan Guruh Soekarno Putra, yakni "Melati Suci" dan "Simfoni Raya". Kemudian dilanjutkan dengan menyanyikan lagu yang pernah dibawakan oleh Chrisye, yang berjudul "Negeriku".